SINERGI POROS MARITIM DUNIA DAN JALUR SUTRA MARITIM ABAD KE-21
BAGIAN KEDUA "ARSITEKTUR GEOPILITIK INDO-PASIFIK ABAD KE-21"
Tiada satu peristiwa pun masa kini yang tidak terkait dengan perisitwa masa lalu. Sejarahwan Inggris, Arnold Toynbee mengatakan, bahwa sejarah cenderung berulang. Sebagai bangsa yang secara historis maupun biologis merupakan pewaris bangsa Sriwijaya dan Majapahit, indonesia mutlak perlu memahami dinamika perubahan tersebut, sehingga kesalahan yang sama tidak berulang. Kebijakan Poros Maritim Dunia oleh Presiden Joko Widodo, pendekatan sepura juga perlu dilakukan. Indonesia harus benar-benar memahami dinamika perkembangan lingkungan strategis. Tanpa itu, sebagai konsep Geopolitik, Poros Martim dunia hanya berujung pada tudingan jargon belaka. Sayang, sejarah kegemilangan Sriwijaya dan Majapahit di bumi Nusantara belum kunjung berulang. Tidak seperti china dan india, hingga kini indonesia belum kunjung bangkit. Untuk menuju indonesia menjadi kekuatan yang disegani, diperlukan analisis geopolitik secara komprehensif, sehingga apa saja peluang dan tantangan Indonesia ke depan, akan teridentifikasi secara jelas. Terutama peluang dan tantangan Indonesia di Indo-Pasifik, suatu medan pertarungan baru abad ke-21 yang mencakup bentang perairan Samudra Pasifik.
Tiada satu peristiwa pun masa kini yang tidak terkait dengan perisitwa masa lalu. Sejarahwan Inggris, Arnold Toynbee mengatakan, bahwa sejarah cenderung berulang. Sebagai bangsa yang secara historis maupun biologis merupakan pewaris bangsa Sriwijaya dan Majapahit, indonesia mutlak perlu memahami dinamika perubahan tersebut, sehingga kesalahan yang sama tidak berulang. Kebijakan Poros Maritim Dunia oleh Presiden Joko Widodo, pendekatan sepura juga perlu dilakukan. Indonesia harus benar-benar memahami dinamika perkembangan lingkungan strategis. Tanpa itu, sebagai konsep Geopolitik, Poros Martim dunia hanya berujung pada tudingan jargon belaka. Sayang, sejarah kegemilangan Sriwijaya dan Majapahit di bumi Nusantara belum kunjung berulang. Tidak seperti china dan india, hingga kini indonesia belum kunjung bangkit. Untuk menuju indonesia menjadi kekuatan yang disegani, diperlukan analisis geopolitik secara komprehensif, sehingga apa saja peluang dan tantangan Indonesia ke depan, akan teridentifikasi secara jelas. Terutama peluang dan tantangan Indonesia di Indo-Pasifik, suatu medan pertarungan baru abad ke-21 yang mencakup bentang perairan Samudra Pasifik.
Istilah indo-pasifik pertama kali
diperkenalkan oleh perdana menteri Jepang, Shinzo Abe pada saat menyampaikan
pidatonya yang terkenal, Confluence of
the two seas pada tahun 2007 di depan Parlemen india. Pengguna istilah
tersebut mengindikasikan semakin kuatnya peran strategis Samudra Hindia dan
Pasifik dalam peraturan Internasional, seiring dengan bergesernya pusat
gravitasi politik dan ekonomi dunia daridaratan Eropa ke Asia. Sebagai mana yang berada tepat di tengah
pusaran rivalitas antarnegara, maka Indonesia dituntut untuk lebih pro-aktif
dan cermat dalam menimbang dan menilai kecenderungan dinamika perkembangan
lingkungan strategis regional dan global. Ini penting, untuk mengetahui peluang
mana yang dapat dimanfaatkan. Tapi sudah barang tentu, Indonesia harus terlebih
dahulu mendefinikan dan menjabarkan dengan jelas dan tegas apa yang menjadi
kepentingan nasional indonesia. Tanpa penjabaran yang jelas dan tegas,
Indonesia tidak akan pernah dapat menyusun strategi yang tepat, serta langkah
apa yang harus diambil manakala berhadapan dengan kepentingan kekuatan adidaya
atau negara maju lainnya. Kehadiran china secara politik, ekonomi, dan militer di Indo-Pasifik
berdampak pada meningkatnya potensi konflik denga para pemain lama di kawasan,
seperti Amerika Serikat dan India. Sebagai hegemon dunia, tentu saja Amerika
Serikat merasa paling terusik dengan kebangkitan china, khususnya kehadiran
China di Indo-Pasifik.
Kebangkitan China dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21
Selama masa konsolidasi pada era 1970 hingga
1990-an, pemerintah China menerapkan kebijakan luar negeri yang bersahabat,
dengan mengedepankan nilai-nilai perdamaian. Kerja sama, dan Niat baik
(goodwell). Istilah resmi kebijakan tersebut adalah huli shuangying de hezuo geju (saling menguntungkan dan
menang-menang). China menetapkan
strategi raya yang lebih bersifat pradigmatis untuk mencapai tujuan
nasionalnya, berupa. (1) pemeliharaan ketertiban dan pembangunan sosial; (2)
pengakuisisian sarana pertanian; dan (3) peningkatan kekuatan ditingkat
internasional guna meraih kembali posisinya sebagai negara besar.
Pencapaian tujuan tersebut di sponsori partai
komunis china (PKC). Pada 1990-an china
mengeluarkan konsep baru dibidang politik dan keamanan yang di sebut dengan xin anquan guan (Konsep kemanan baru)
dalam konsep ini diterapkan arah kebijakan politik dan kemanan melalui
kemitraan strategis (zhanlue houban
guanxi) secara bilateral dengan negara-negara , Rusia, jepang, korea
selatan dan negara ASEAN. Dengan hubungan bilateral ini china berusaha
meyakinkan negara-negara asia pasifik bahwa kebangkitannya berkontribusi
positif untuk terciptanya stabilitas, perdamaian dan kemakmuran kawasan dan
dunia. Pemerintah china mengelaborasikan kepentingan inti (core interest)
negara yang berisikan 3 hal yaitu (1) kedaualan negara, keamanan nasional,
integritas wilayah dan reunifikasi nasional; (2) sistem politik china
dijalankan melalui konstitusi dan stabilitas sosial umum ; (3) pertahanan dasar
untuk menjamin pembangunan ekonomi dan sosial yang berkesinambungan.
China merancang blue water navy yaitu
kekuatan laut yang mampu di proyeksikan ke laut lepas (high seas). Menurut
pemikiran alfred T.mahan apa yang
dilakukan beijing tidak terlepas dari pengembang strategi maritimnya dalam rangka
melindungi kepentingan ekonomi. china berhasil memperoleh kesepakatan membangun
fasilitas logistik militer di mancanegara, Djibouti. Hal ini merupakan lompatan
strategi china yang spektakuler, karena posisi Djibouti yang strategis di bibir
bab almandeb, chekpoint tersibuk keempat didunia yang menghubungkan laut merah
dan samudera hindia. Sejarah china yang kelam memaksa china untuk bangkit hal ini dibuktikan
dengan akuisisi kapal induk CV-16 liaoning (kelas varyag) eks rusia yang dibeli
dengan harga murah meskipun kecil tapi kapal ini sangat berguna untuk
meningkatkan kemampuan angkatan laut china.
selain dibawah permukaan modernisasi china juga dilakukan diatas
permukaan adanya beberapa kapal perusak (destroyer).
Kebijakan luar negeri Amerika serikat menghadapi kebangkitan china
Pada tahun 2011 Obama merancang kebijakan
pivot to asia yang kemudian diperhalus menjadi rebalancing to asia. Kebijakat
tersebut adalah dengan memprioritaskan kawasan indo-pasifik sebagai pusat
gravitasi politik dan ekonomi dunia abad ke-21. Pada 2011 amerika mercancang
kampanye perang melawan teror tentu perhatian amerika serikat teruju pada timur
tengah dan afganistan. Hal ini terlihat dari AS menarik pasukan di irak dan
afganistan untuk lebih bersikap aktif di asia-Pasifik. Dengan kata lain
kebijakan Rebalancing to asia dipicu oleh dua faktor, Pertama, pusat pertumbuhan ekonomi dan militer tercepat didunia
saat ini berasa di asia tenggara, asia timur dan asia selatan (indo-pasifik). Kedua,fakta bahwa china saat ini
merupakan negara dengan ekonomi terkuat didunia. Penentuan Air Defence Identification Zona (ADIZ) dan klai sepikah atas
wilayah laut china timur dan selatan atau dikenal dengan peta “9 garis
terputus” adalah bukti bahwa china bersikap agresif dan non-kompromistis.
Sebagai negara yang mampu menandingi china
amerika menjadi tumpuan dan tempat mengadu negara penuntut. Sebuah peran yang
harusnya dimainkan indonesia sebagai pimpinan alamiah kawasan. Dengan demikian
harapan ASEAN agar tidak ada kekuatan luar (outsider) turut main dilaut china
selatan pun tinggal sebatas seruan. Bukti lain AS menerapkan Rebalancing to
asia adalah dengan menempatkan 2.500 marinir di darwin australia pada 2012
selain itu AS ingin mempererat dengan negara-negara ASEAN yang terlibat konflik
dengan china seperti Filipina dan Vietnam. Tujuannya AS ingin menarik
negara-negara ASIA keluar dari orbit china. AS juga gigih menentang pendirian Asia Infrastructur Investment Bank (AIIB)
dan menyaingi blok perdagangan Regional
compre-hensive Economic Partnership (RCIP) dengan Trans-Pacific Partnership (TPP).
Dinamika China dan ASEAN di Laut China Selatan
Pada tahun 3 Oktober 2013, Presiden China Xi
secara resmi meluncurkan kebijakan Jalur Sutra Maritim abad ke-21. China
berkomitmen menyediakan dana tidak kurang dari US$ 40-50 miliar untuk
pembangunan infrastuktur, terutama pelabuhan laut di berbagai lokasi strategis
sepanjang rute Jalur Sutra Maritim yang terbentang dari daratan China hingga ke
Afrika dan Eropa. Kebijakan Jalur Sutra Maritim Abad ke 21 memanfaatkan program
bantuannya sebagai alat untuk menebar pengaruh ke Negara-negara lain, terutama
Negara penerima bantuan. China mendirikan AIIB yang merupakan lembaga pemberi
pinjaman untuk proyek-proyek pembangunan inflastruktur terkait kebijakan OBOR.
Berdasarkan peta ‘9 Garis Terputus’ yang
dirilis China, terlihat jelas bahwa kalim wilayah Negara itu mencangkup 90
persen, atau hampir seluruh wilayah perairan Laut China Selatan. Vietnam yang
sejak dulu berkiblat dan beraliansi dengan China, kini berpaling, dan memulai
membangun kerja sama lebih erat dengan Amerika Serikat, Flilipina pu semakin meningkatkan
kerja sama militernya dengan Negara Pamansam. Akibat ketegangan ini pula, tanpa
meminta, Filipina pun berusaha melibatkan ASEAN. Amerika Serikat mengganggap
kebangkitan China adalah ancaman khususnya dilaut China Selatan karena dianggap sebagai satu-satunya kekuatan
yang mampu menandingi kehebatan China. Mentri Luar Negeri Hillary Calinton di
forum ASEAN Summit 2010, mengatakan bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan
untuk menjaga prinsip kebebasan berlayar dilaut china selatan. Presiden Barack
Obama pada November 2012, yang akan menempatkan 2.500 marinir di Darwin,
Australia dan Filipina pun sepakat untuk membuka kembali pangkalan laut dan
udaranya sebagai basisi militer Amerika Serikat. China juga tetap berambisi
untuk membangun Terusan Kra Isthmus di Thailand sebagai alternative jalur
pelayaran melalui Selat Malak menuju Samudra Hindia. Seiring dengan diberlakukannya Masyarakt
Ekonomi ASEAN (MEA) dan ASEAN Political and security Community (APSC) dalam
beberpa tahun kedepan, tantangan yang akan dihadapi ASEAN dipastikan semakin
berat dan kompleks. Kredibilitas dan persatuan ASEAN di uji. Dalam pelaksanaan
MEA, disparatis tingkat kemamkmuran setiap Negara anggota yang cukup tinggi,
dapat memicu destabilitas ekonomi regional sehingga mempengaruhi stabilitas
kawasan, seperti terjadi di Uni Eropa. Isu keamanan maritime regional semakin
mengemuka akibat dibebaskannya hambatan masuk terhadap lalu lintas bangsa,
orang, modal, dan jasa antarnegara ASEAN. Bahwa selain aktor Negara, peran
aktor non-negara juga penting untuk dicermati, seperti kelompok-kelompok
teroris. Motivasi aktor non-negara lebih dikarenakan faktor-faktor domestic,
seperti yang sudah dibahas sebelumnya yaitu karena minimnya pengawasan
maritime, rendahnya kemampuan Negara dalam menindak pelaku kejahatan,
meningkatnya daya tarik potensi ekonomi Indonesia, belum lagi semakin besarnya
arus pergerakan manusia di Asia Tenggara dengan diberlakukanya MEA.
Inflastuktur keamanan Negara-negara ASEAN belum sepenuhnya terintegrasi,
sehingga kinerja secara efektif.kerja sama keamanan dalam format ASEAN
Political and Security Community membuka peluang bagi Indonesia untuk memegang
peran lebih besar di ASEAN.
Agenda pertama dan utama APSC adalah masalah
sengketa perbatasan yang menyerukan antarsesama anggota ASEAN, maupun dengan
Negara diluar ASEAN, yaitu dengan China dalam sengketa wilayah di Laut China
Selatan. Garis besar antar Negara diantaranya pada dasarnya merupakan garis
artificial yang disepakati para penjajah tanpa mempertimbangkan aspek kesejahteraan,
dan kondisi social budaya masyarakat setempat pada masa lalu. Mantan mentri Luar Negeri Indonesia Marty M.
Natalegewa sering menjelaskan bahwa Indonesia perlu mengedepankan solusi
menang-menang sebagai jalan keluar dalam memecahkan kebuntuan sengketa di Laut
China Selatan. Reaksi
Dinamika Australia, India, dan Jepang di Indo-Pasifik
Untuk wilayah Asia, disebut Asia Suoer
Complex (selain Regional Security Complex di sub-wilayah Asia). Keamanan
perairan Indonesia juga memiliki nilai kritis bagi Australia. Sementara, choke point Paling efisien dan ideal
untuk menjamin keamanan jalur ekonomi Australia tiada lain adalah Selat Lombok.
Bagi India, Asia Tenggara adalah kawasan yang memiliki potensi kerja sama
ekonomi cukup besar, sekaligus menjadi pintu masuk India dalam kompetisi secara
tidak lansung dengan musuh klasiknya,China. India pernah menawari Vietnam,
Indonesia, dan Malaysia dukungan terhadap pemeliharaan pesawat tempur Shukoi
su-27 dan su-30 Flanker dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya, yang
dikenal dengan Diplomasi Flanker.
Dinamika
geopolitik menuntut India memiliki kekuatan ekstra dalam menghadapi China di
utara dan Pakistan di barat terkait sengketa perbatasan dengan kedua negara
pemilik senjata nuklir tersebut. Di timur, India berbatasan dengan Bangladesh
yang merupakan bekas Wilayah India terpisah akibat berbagai perbedaan. Di
selatan, juga Samudra Hindia yang sarat engan kepentingan banyak pihak di
bidang politik, ekonomi, dan militer. Samudra Hindia juga dikenal sebgai jalur
pelayaran yang sangat tragis (Sea Line of communication – SLOC). Posisinya yang
sangat strategis, membuat Diego Garcia dijadikan pangkalan aju (forward base) Angkatan laut Amerika
Serikat guna mendukung operasi militernya di Teluk Persia dan Timur Tengah.
China telah berinvestasi dengan membangunn megaproyek pelabuhan laut dikolombo
yang dinamakan Colombo port city senilai
US$ 1.4 miliar. Cukup erat dengan Asia tenggara. Kedekatan Jepang ilatar
belakangi kwasan ini merupakan sumber bahan baku dan energi yang sangat penting
bagi Jepang sebagai negara yang miskin sumber daya alam. Sejak kekalahan tragis
dalam perang dunia II, Jepang mengalami demilitariasi. Namu sesuai pasal 9
konstitusi 1947, militer Jepang tetap mengambil sikap pasifis.
Implikasi Dinamika Geopolitik Indo-Pasifik
Abad ke-21
Dinamika geopilitik Indo-Pasifik yang semakin
memanas seiring dengan bangkitan China, interaksi utama Indo-Pasifik
sebagaimana telah dijelaskan, dapat ditarik kesamaan bahwa keempat kekuatan
utama, yaitu Amerika Serikat, China, India dan Jepang, berupaya untuk
mengamankan: (1) rute pelayaran. (2) akses ke pasar; (3) dan akses ke sumber
daya dikawasa Indo-Pasifik. Terdapat dua kelompok kepentingan yang sedang
saling berhadapan di Indo-Pasifik, yaitu kelompok China dan kelompo yang
berhadapan dengan China. Sikap Indonesia mengahadapi rivalitas dedua kekuatan, tidaklah
mudah. Disatu sisi, Indonesia ingin terus menjaga hubungan baik pada saat yang
sama, Indonesia harus sadar bahwa perilaku China berpotensi menciptakan
instabiitas kawasan, terutama terkait solidaritas dan kretabilitas ASEAN.
Pada akhirnya Indonesia pun harus berpikir
cerdas dan bertindak cedas dalam menghadapi dilemma diatas. PIdato wakil
presiden Mohammad Hatta pada tanggal 2 semptember 1948 yang berjudul “MEndayung
dantara dua karang” dimuka sidang BPKNP memberkan amanat agar Indonesia berperilaku
realistis, pragmatis, dan bukan sentimentil. Artinya aliansi tidak diharamkan.
Ditengah rivalitas hebat amerika serikat vs china, kedua negara menyadari
perlunya kekuatan penyeimbang, yang itu tiada lain adalah Indonesia. Indonesia
harus dapat memanfaatkan momentum ini engan sebaik-baiknya. Aliansi yang
merupakan sumber kekuatan eksternal suatu negara merupakan hal yang lumrah
dalam politik internasional. Eks-Gerakan non blok (GNB) juga telah melakukan
berbagai bentuk aliansi. Secara teoritis, ada empat benuk persekutuan yaitu :
aliansi, koalisi, komunitas keamanan, dan kemitraan strateggis.
GNB didirikan pada tahun 1961 oleh 6 negara,
yaitu Myanmar ( Burma), Ghana, India, Indonesia, Mesir, Yugoslavia. Pada
zamannya, Indonesa juga pernah menjali hubungan yang sangat erat dengan china,
koe utara, dan Uni soviet (Russia), atau yang dikenal degan poros Jakarta –
beijig (Peking) – Pyongyang – Moskow. Sementara pada era REformasi, Sikap India
dalam hal kemitraan strategis dan singapura dalam hedging strategy, perlu dikaji lebih seksama.
Komentar
Posting Komentar