SINERGI POROS MARITIM DUNIA DAN JALUR SUTRA MARITIM ABAD KE-21


BAGIAN KETIGA "JALUR SUTRA MARITIM (JSM) ABAD KE-21 CHINA"



Berakhirnya perang dingin menjadi akhir dari bipolaritas perlombaan senjata nuklir. Faktor ekonomi kemudian mengambil peran yang lebih efektif dibandingkan faktor militer dalam politik internasional. Globalisasi menjadi suatu intrumen negara maju untuk meningkatkan ketergantuangan negara berkembang kepadanya hanya negara yang mempunyai struktur industri yang solid saja yang mampu menang dalam kancah perang ekonomi. Globalisasi pun kemudian dijadikan pembenaran untuk memaksimalkan akumulasi modal kelompok negara utara yang dikenal dengan istilah imprealisme kolektif.
China melihat keunggulan negaranya untuk memanfaatkan globalisasi, sasaran china adalah negera-negara berkembang yang digalang melalui sejumlah program pembiayaan pembangunan infrastruktur sebagai alternatif institusi keuangan internasional yang sudah ada seperti IMF, bank dunia dan ADB ( dipresepsikan lebih menguatamakan kepentingan negara maju). Dari sisi ekonomi lah china berusaha mengalahkan amerika serikat karena ekonomi menjadi salah satu kelemahan AS dibandingkan sisi militer dan politik.
Pada tanggal 03 oktober 2013 presiden china Xi jinping mengumumkan kebijakan “jalur sutra maritim abad ke-21”. Visi maritim tersebut merupakan peluang emas bagi negara-negara asia karena banyak potensi yang bisa didapat seperti keinginan china untuk meningkatkan hubungan dagang antar negara dijalur sutra maritim.           Konsep ini berpotensi menjadi masalah karena konsep ini belum jelas, ketidakjelasan dapat menimbulkan pelaksanaan kerjasama tidak lancar dan juga hal ini dapat menimbulkan permusuhan dengan negara lain. Hal ini terjadi di sri langka dimana sri langka mempunyai geolokasi yang strategis berada diselatan india memberikan kesempatan bagi china untuk menekan india dari selatan yang pada saat ini masih memiliki sengketa perbatasan dengan china. Indonesia harus sebisa mungkin menghindari situasi seperti diatas. Proyek pembangunan infrastruktur yang dipolitisasi hanya merugikan perekonomian domestik. Perlu adanya keterlibatan elemen masyarakat yang kompeten untuk mengkaji kelayakan suatu proyek.
Evolusi konsep jalur sutra maritim abad ke-21
Konsep jalur sutra maritim abad ke-21 sangat bergantung pada ide kemaritiman bahwa laut bukanlah sebagai pemisah antar benua melainkan sebagai jalur penghubung antar negara. Yang memungkinkan terjadinya pertukaran pasar, teknologi dan informasi, karena dibutuhkan penguasaan laut secara efektif. Sir walter releigh mengatakan : “Siapapun yang menguasai lautan akan menguasai perdagangan, siapapun yang menguasai perdagangan dunia akan menguasai kekayaan dunia dan akhirnya dunia itu sendiri”.
Visi jalur sutra maritim china dapat diartikan sebagai respon sebagai strategi Contaniment AS terhadap china sebagai upaya “penyeimbang” atas kepitalisme global. Strategi pengepungan AS atas china melibatkan sejumlah negara seperti jepang, korsel, taiwan, filipina, thailand dan vietnam, melalui jalur sutra maritim yang bernuansa kerja sama ekonomi, china bermaksud “mematahkan” kepungan AS di sektor politik dan pertahanan. Respon china atas strategi pembendungan (Containment) AS, Russel ong berpendapat china bertarung untuk memanfaatkan globalisasi. AS sebagai negara hegemon dunia menjadikan globalisasi sebagai ancaman untuk china dan dapat mengancam eksistensi Partai komunis china (PKC). Jika eksistensi dan kredibilitas PKC goyah maka stabilitas china terganggu dan pada gilirannya perdagangan internasional terkena imbasnya. Sehingga dikenal presmis dichina bahwa “kekacauan internal, bahaya eksternal (neiluan waihuan). Hal yang dilakukan PKC untuk mempertahankah komunisme adalah melalui propaganda tanpa henti untuk menyulut nasionalisme dan memusuhi imprealisme yang telah mempermalukan china yang dikenal dengan century of humilitiaon. Pertumbuhan ekonomi china pada saat ini sangat spektakule namun pada tahun 2016 terjadi perlambatan yang signifikan yang diduga diakibatkan jenuhnya pasar domestik china, perlu adanya ekspansi pasar ekspor tradisional produk china. China melalui jalur ekonomi dan penetrasi budaya secara damai atau dinamakan Evolusi damai. Evolusi damai ini bermaksud mentranformasikan sistem politik china dari dalam dengan mendorong kepemilikan pasar swasta, pasar bebas, hak asasi manusia dan demokrasi liberal. Evolusi damai dianggap telah meruntuhkan unisoviet pada tahun 1991 dan china sebagai satu-satunya kekuasaan kekuatan sosialis besar menjadi target selanjutnya.
China menyadari bahwa Negara-negara berkembang berpotensi menjadi pasar ekspor alternative china asalkan pertumbuhan ekonomi mereka  dirangsang melalui pembangunan infrastuktur( yang terkoneksi dengan jalur pelayaran china ).  China juga mengganggap globalisasi sebagai ancaman atas sosialisme (marxisme dan linisme) china melalui jalur ekonomi dan potensi budaya secara damai atau yang dinamakan evolusi damai.  Evolusi damai bermaksud mentransformasi sistem politik china dari dalam sengan mendorong kepemilikan swasta, pasar bebas, hak azasi manusia, dan demokrasi liberal.  Hal tersebut secara perlahan melunturkan paham marxisme-lininisme sebagai ideology resmi china dan menggerus monopoli PKC dalam politik internal china dan china mengganggap evolusi damai adalah ancaman bagi PKC, yang otomatis ancaman bagi politik domestic china. Negara maju tidak akan melepaskan kestabilitas kunci sector indrustrinya dan hanya membiarkan Negara-negara berkembang memproduksi bahan mentah, bahan baku, dan komponen dengan nilai tambah kecil dan bersifat komoditi atau banyak dipasaran. Pandangan china atas ancaman globalisasi (honggua weixie lun) diatas mempresepsikan sistem internasional bersifat anarki dan setiap Negara berambisi untuk mengakumulasi kekuatannya disektor politik, militer dan ekonomi untuk menjamin pencapaian kepentingan nasionalnya. Konsep yang dirancang pertama kali pada forum ASEAN regional forum (ARF) tahun 1996 menjelaskan bahwa keamanan tidak hanya meliputi aspek militer melainkan juga politik dan ekonomi. Adanya dialog, konsulasi dan negosiasi atas persamaan suara untuk menyelesaikan sengketa dan memelihara perdamaian.
Presiden Zhou Enlai pernah mengusulkan adanya lima prinsip KAA yaitu; saling menghormati atas integritas territorial dan kedaulatan; non-agresi; non intervensi atas masalah domestic Negara lain; persamaan; serta saling menguntugkan dan hidup bersama secara damai(heping gongchu). Namun diabad ke-21 prinsip heping gongchu dikembangkan menajdi pembangunan secara damai. Elit politik china telah secara seksama menyadai ketegantungan china pada Negara lain, china menyadari bahwa sanski ekonomi telah dijadikanin instrument politik Negara maju atas sejumlah Negara yang dianggap tidak menuruti kehendaaknya, seperti yang telah terjadi terhadap Kuba, Irak, Myanmar, Venzuela, Iran, dan Korea Utara. China telah menjadi net importer minyak bumi dan menjadi konsumen minyak bumi ke-2 terbesar setelah AS. Hal ini membuat jalur pelayaran minyak bumi yang melalui Selat Malaka menjadi semakin vital. China dengan menjamin dan mengembangkan pelabuhan-pelabuhan dan pangkalan-pangkalan yang dianggap penting. Lokasi-lokasi tersebut kemudian dijadikan pos-pos pertahanan china dalam memproyeksikan kekuatan angkatan lautnya. Sebelum konsep ini dikenal jalur Sutra Maritim , stategi ini dikenal dengan nama untaian mutiara (string of pearls.) dalam beberapa tahun terakhir investasi dan hubungan dagang antara china dan afrika memang semakin besar(nilai perdagangannya bahkan mengalahkan nilai dagang antara afrika dengan amerika serikat), karena kebijakan ini bukan kebijakan formal masih berupa kebijakan ad hoc, strategi ini memiliki beberapa kelemahan yang signifikan, pertama angkatan laut sendiri masih dalam proses penguatan, terpecah-belah, dan terbagi-bagi dalam rangka melindungi pusat-pusat nadi china sendiri, strategi string of pearsls ini membutuhkan dukungan financial yang besar. Aset yang dikirim keluar harus memiliki kualifikasi kekuatan laut dalam ( blue water navy) yang mampu berlayar jarak jauh untuk waktu relative lama. Kondisi ini justru menyebabkan kekuatan di dalam wilayah china lebih rentan untuk diserang musuh jika sampai detik ini terjadi konflik bersenjata seperti oleh jepang, Taiwan, India dan Amerika Serikat. Kedua adalah investasi yang dilakukan china dinegara-negara kliennya, seperti Myanmar, mendapatkan eaksi sangat negative, bahkan di Afrika sendiri, investasi china mulai menua angin puyuh disebabkan presepsi masyarakat local bahwa investasi china cenderung ekspoltatif. Masalah ketiga adalah rendahnya loyalitas mitra china yang menjadi tuan rumah armada china di sepanjang rute pelayaran penting china seperti pernah terjadi di Sri Lanka dan Myanmar. Masalah keempat  yang mengemuka adalah semakin besar kekuatan negaranya, maka semakin disorotlah kebijakan-kebijakan yang diambilnya, terutama oleh Negara-negara tetangga yang semakin khawatir dan curiga terhadap motivasi sebenarnya pemeritahan china. Bagi Filipina dan Vietnam kebijakan yang dianggap asertif ( ekspresi sopan dai agresif) yang mengancam perdamaian kawasan, Filipina dan Vietnam terus mendorong isu ini untuk masuk ke agenda ASEAN dan kedua Negara ini pun semakin mendekatkan diri dengan Amerika Serikat yang paling mampu mengimbangi kekuatan china.
Presiden Xi Jinpibg mecetuskan konsep ‘’ jalur Sutra abad ke 21’’ meupakan upaya china dalam memformulasikan kembali kebijakan luar negerinya. Dan memiliki dampak negative yang terlalu besar terutama dari sisi hubungan internasionalnya dengan Negara-negara lain. China berusaha mengamankan jalur perdagangannya dengan Afrika dan Negara-negara lain, sembari berupaya melakukan kebijakan counter-contaiment terhadap Negara-negara yang berpotensi menjadi saingannya (terutama Amerika Serikat dan India) inisiatif global china memperlihatkan bahwa china mulai sadar untuk berperilaku layaknya kekuatan besar regional (regional hegemon) yang serikat melalui kerja sama dan kompetisi di bidang ekonomi dan militer serta berusaha juga mengakomodir kepentingan-kepentingan Negara-negara lain yang bisa menjadi teman maupun momok baginya.
Implementasi jalur sutra maritim abad ke-21
Jalur sutra abad ke-21 juga memiliki dua aspek berikut: maritim dan darat – dimana china ingin mengintegrasikan jalur pelayaran maritim dengan jalur perdagangan darat yang diberikan istilah Satu Sabuk, Satu Jalan (one belt, one road). China juga menekankan kerja sama ekonomi melalui peningkatan hubungan komersil seperti pengurangan hambatan dagang, Dengan regionalisme jalur sutra ke-21. Kerja sama ekonomi tersebut akan membuka peluang bagi china dalam melebarkan kerja sama di bidang-bidang lain., seperti politik dan pertahanan. Intinya, china ingin membagi ekonomi yang selama ini dinikmati sendiri dengan negara lain agar dapat mempererat hubungan bilateral di bidang politik dan pertahanan. China bersifat asertif tentang wilayah perariran di laut china selata. Namun di sisi geopolitik , china berupaya membangun integrasi ekonomi dengan negara-negara yang dilalui jalur sutra maritime kuno.  Presiden Xi Jinping dalam pidatonya diforum Dialogue on Strenghening Connectivity Patnership di Beijing memhimbau agar asia membangun jalur konektivitas berdasarkan koridor ekonomi, seperti yang dimiliki china dalam “belt and road”. Dengan membangun jalur sutra maritim tersebut berarti akan menghubungkan pelabuhan china dengan negara-negara lain melalui konektivitas maritime, kerja sama antar wilayah (seperti sister city atau sister province), dan kerja sama ekonomi. China berencana mempertemukan dua economic belt silk road, yaitu: koridor ekonomi Bangladesh-china-india-Myanmar dan koridor ekonomi china-pakistan yang bersama-sama menghubungan eropa dan asia. Yang menarik dari kedua koridor (darat) tersebut adalah china melibatkan tiga mitra dekatnya, yaitu Myanmar, Bangladesh, dan Pakistan dengan rivalnya, india. Pada bulan oktober tahun 2013, presiden Xi Jinping menyatakan asia tenggara telah menjadi hub penting bagi jalur sutra maritim dan china bersedia meningkatkan kerja sama maritim dengan negara-negara ASEAN. Membangun jalur sutra maritim akan membuhtuhkan komitmen beragam bentuk kerja sama. Ada lebih dari 20 negara potensial yang terlibat dalam visi maritim china, persepsi negatif bahwa proyek kerja sama dengan china hanya akan menguntungkan satu pihak (china) merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan china sendiri. Mantan perdana Menteri Yunani Antonis Samaras, misalnya, menengaskan bahwa Yunani akan memberikan dukungan dan secara aktif berpartisipasi dalam membangun jalur sutra maritim abad ke-21 yang diusulkan oleh china. Meski demikian, mengingat negara-negara sepanjang rute ini berbatasan dengan rute strategis, tidak akan mudah merealisasikan proyek ini dengan cepat dikarenakan banyak kepentingan luar yang akan mengintervensi.
Isu kerjasama maritime tidak dibahas dalam forum Peringatan Konfrensi Asia Afrika ada tanggal 19 hingga 24 April 2015 yang silam di Jakarta dan Bandung, forum Peringatan KAA belum mendapatkan media kelautan(yitu Samudra Hindia).Indonesia-China Center for Ocean Climate (ICCOC)didirikan. Sementara ditahun 2013, Chinta-Thailand Climate and Maritime Ecosystem Join lab kedua negara telah dibuka. China berupaya meyakinkan negara-negara di jalur sutra maritime bahwa visi Jalur Sutra Maritim sejalan dengan pembangunan ekonomi dan oeningkatan kesejahteraan nasional masing-masing negara. Pembangunan konektivitas Laut yang lebih baik, China ingin mengedepankan kerja sama dengan negara – negara sepanjang Jalur Sutra Maritim untuk membangun insfrastruktur kelautan, meningkatkan penegakan hukum,menyediakan barang publik bagi keamanan laut, dan menjamin keamanan jalur laut. Pelabuhan utama di sepanjang Jalur Sutra Maritim, akan berperan sebagai sea post yang menangani kargo dan kapal, serta memasok kebutuhan sumber daya manusia. Sea post ini kelak akan dibangun oleh masing-masing negara  atau dibangun dengan bantuan China dan negara-negara lain, atau bahkan disewakan dengan negara-negara lainnya. Dengan mengandalkan zona ekonomi pelabuhan di Tianjin, Shandong, Zhejiang, Fujian dan Guandong, pemerintahan China Berupaya memainkan peran utama dalam visi JSM di indusri besi dan baja, galangan kapal, perikanan, dan akuakultur untuk membangun basis produksi dan memeperluas rantai industry dari negara prodsen ke konsumen. Memperluas kerjasama dalam budaya laut. China hendak memanfaakan sepenuhnya geopolitik dan jalur sutra maritime untuk mempromosikan pertukaran budaya bahari, pariwisata, dan Pendidikan. Dengan tujuan membangun wilayah perairan (samudra) secara harmonis, kata kuncinta terletak pada keterbukaan, inovasi, dengan tujuan untuk mencapai harmoni antara manusia dengan laut serta yang lebih penting bagi antara manusia dan manusia lainnya. Konsep one Belt, On Road (OBOR) yang dikumandangkan China semakin mapan dan telah direspons hamper oleh tiga puuh negara. Jalut Barat Sutra Maritim juga merambah kepentingan  negara Rusia dan Iran. Sedangkan di laut turut mencakup wilayah kepentingan India, termasuk juga Amerika Serikat ,Australia, Jepang dan Korea Selatan. Terbentuknya AIIB merupakan instrument utama Jalur Sutra maritime untuk menggalang keuangan negara-negra Eropa Barat ikut berpartisipasi dalam inestasi di kawasan yang telah menjadi peusat gravitasi ekonomi dan politik dunia. Pada tanggal 29 juni 2015, AIIB didirikan yang berhadiri 50 menteri keuangan tujuh deputi Menteri keuangan dari belahan Asia, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, kecuali Amerika Serikat, Jepang,Taiwan, dan empat negara lainnya. Hal tersebut diasampainkan langsung oleh Presiden Xi Jinping pada kesempatan kehadirannya pada Peringatan KAA di Jakarta dan Bandung pada tangga; 19 hingga 24 April 2015. Momentum tawaran kerja sama China pada aspek kemaritiman yang selaras dengan visi PMD jika bukan sesuatu rekayasa, adalah suatu kebetulan yang amat langka.perubahan lingkungan global yang dinamis menuntut kemampuan berpikir dengan cerdas, arif, adaptif dan sekaligus Visioner.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA DI WILAYAH AMBALAT MENURUT HUKUM LAUT INTERNASIONAL

DAMPAK REKLAMASI PANTAI SINGAPURA TERHADAP BATAS MARITIM INDONESIA-SINGAPURA

SINERGI POROS MARITIM DUNIA DAN JALUR SUTRA MARITIM ABAD KE-21